Pages

Minggu, 29 April 2012

Teori Belajar Skinner


TEORI BELAJAR SKINNER

 

A.                 Biografi B. F. Skinner

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904. Dan beliau wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukimia. Skinner dibesarkan dalam keluarga sederhana, penuh disiplin dan pekerja keras. Ayahnya adalah seorang jaksa dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Skinner mendapat gelar Bachelor di Inggris. Pada tahun 1931, Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar doktor (Ph.D) untuk bidang yang sama. Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke Harvard dan mengajar di sana sepanjang hidupnya.
Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki hanya perilaku yang tampak/terlihat. Oleh karena itu, ia juga tidak menerima konsep tentang self-actualization dari Maslow dengan alasan hal tersebut merupakan suatu ide yang abstrak belaka.
Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku dan menghabiskan karirnya untuk mengembangkan teori tentang Reinforcement. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah sebagai akibat dari respond terhadap adanya kejadian eksternal. Dengan kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan tersebut.
B.                 Teori Skinner
Pengkondision operant disebut juga dengan pengkondisian instrumental karena inti dari proses belajar pengkondisian instrumental terletak pada penggunaan perilaku organisme sebagai “alat“ atau instrument untuk mengubah lingkungan sehingga memperlancar perilaku yang diingingkan dan menghambat perilaku yang tidak diinginkan.
Untuk memahami pengkondisian operan, kita perlu membedakan apa yang disebut Skinner  dengan perilaku respon dan perilaku operan. Perilaku respon adalah respon langsung pada stimulus, seperti akomodasi biji mata sebagai respon pada kilatan cahaya, hentakan kaki sebagai respon pada pukulan di tempurung lutut. Sebaliknya, perilaku operan dikendalikan oleh akibat dari perilaku respon. Bila akibat dari perilaku respon tersebut positif, maka kita cenderung mengulangi perilaku tersebut, sebaliknya bila akibat dari perilaku respon tersebut negatif, maka kita cenderung tidak mengulanginya. Jadi proses belajar dengan pengkondisian operan adalah proses pengontrolan tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif bebas.
Untuk mendemonstrasikan pengkondisian operan di laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam sebuah kotak yang dinamakan “Kotak Skinner”. Di dalam kotak tersebut tidak terdapat apa-apa kecuali sebuah jeruji yang menonjol (pengungkit) di mana terdapat piring makanan di bawahnya. Sebuah lampu kecil di atas jeruji dapat dinyalakan menurut kehendak eksperimenter.
Gambar 1. Percobaan Skinner pada tikus
Tikus dibiarkan sendirian di dalam, berjalan ke sana ke mari menjelajahi keadaan sekitar. Kadang-kadang tikus melihat pengungkit tersebut dan menekannya. Penekanan pertama disebut dengan peringkat dasar. Setelah menentukan peringkat dasar, perilaku eksperimen menggerakkan bubuk makanan, sehingga setiap kali tikus menekan pengungkit, bubuk makanan akan jatuh ke piring makanan dan tikus akan memakannya. Makanan berfungsi sebagai reinforcement (penguat) bagi perilaku penekanan pengungkit sehingga perilaku penekanan pengungkit tersebut akan meningkat frekuensinya.
            Bila makanan tidak dialirkan ke piring saat tikus menekan pengungkit (proses pemadaman atau extinction), maka frekuensi perilaku menekan pengungkit akan melemah. Proses diskriminasi juga dapat diterapkan pada pengkondisian operan ini, yaitu dengan memasangkan penekanan pengungkit dengan nyala lampu. Jadi makanan hanya akan diberikan bila tikus menekan pengungkit dan lampu menyala. Bila lampu mati, meskipun tikus menekan pengungkit, makanan tidak akan mengalir. Dengan demikian terbentuklah penguatan selektif yang mengkondisikan tikus untuk menekan pengungkit hanya bila lampu menyala.
            Umumnya yang menjadi penguat adalah sesuatu yang dapat memuaskan dorongan dasar (basic drive), seperti makanan, rasa haus, dan sebagainya. Tetapi hal tersebut tidak selalu benar, terutama bila diterapkan pada manusia, karena selain kebutuhan fisik, manusia juga memiliki kebutuhan psikis, seperti kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan akan kasih saying, kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain dan sebagainya.
Kekuatan operan (akibat adanya reinforcement) dapat diukur melalui:
1)      Laju Respon (rate of respon), artinya makin sering respon terjadi selama interval waktu tertentu, makin besar kekuatan operannya.
2)      Jumlah Total Respon selama Pemadaman (total number of responses during extinction), artinya penguatan tunggal dapat menghasillkan kekuatan operan yang cukup besar apabila selama pemadaman respon tetap berlangsung.
Dari keterangan di atas, selanjutnya kita akan mendalami tentang hal-hal yang berkaitan dengan Pengkondisian Operan.
1)      Reinforcement (penguat) dan punishment (hukuman)
Lingkungan yang terbentuk karena adanya respon instrumental dan membuat respon tersebut cenderung muncul kembali disebut dengan reinforcement atau reinforcement. Reinforcement positif adalah stimulus atau peristiwa yang mengikuti suatu espon yang akan meningkatkan kecenderungan pengulangan respon tersebut. Dengan kata lain, respon yang menerima ganjaran umumnya akan diulangi oleh organisme.
Reinforcement Negative adalah penghilangan stimulus atau peristiwa yang tidak menyenangkan yang mengikuti suatu respon sehingga ada kecenderungan perilaku tersebut muncul kembali. Kata negatif menunjukkan bahwa respon yang muncul menyebabkan hilangnya suatu peristiwa atau kondisi yang tidak menyenangkan.
Teknik lain yang dapat digunakan dalam proses belajar instrumental adalah punishment (hukuman). Hukuman adalah stimulus atau peristiwa (event) yang bila dihadirkan bersamaan dengan munculnya suatu respon akan mengurangi atau bahkan menghentikan kemunculan tersebut. Misalnya anak kalau memukul temannya akan cubitan.
Jenis lain yang dapat digunakan dalam pengkondisian operan adalah omission of reinforcement atau omission training yaitu penarikan kembali reinforcement positif saat respon dilakukan. Tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan reinforcement positif. Contohnya, orang tua yang mematikan televise agar anaknya pergi belajar.
Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat gambar 2 berikut mengenai perbedaan reinforcement positif, reinforcement negative, omission of reinforcement, dan punishment.



EVENT/STIMULUS YANG MENYERTAI RESPON


Pemberian positif
Ex. Air untuk yang kehausan
Pemberian negative
Ex. Kejutan listrik
K
O
N
S
E
K
U
E
N
S
I
R
E
S
P
O
N
Penghadiran event atau stimulus pada pemunculan respon
REINFORCEMENT POSITIF

Meningkatkan kemunculan / pengulangan respon
PUNISHMENT


Menurunkan kemunculan / pengulangan respon
Penghilangan event atau stimulus pada pemunculan respon
OMISSION OF REINFORCEMENT

Menurunkan kemunculan / pengulangan respon
REINFORCEMENT NEGATIVE

Meningkatkan kemunculan / pengulangan respon


Gambar 2. Perbedaan reinforcement positif, reinforcement negative, omission of reinforcement, dan punishment.

2)      Primary and Secondary Reinforcement (reinforcement primer dan sekunder)
Hal-hal yang memperkuat suatu respon disebut reinforcement (penguat). Reinforcement dapat dibedakan atas reinforcement primer dan reinforcement sekunder.
Reinforcement Primer (primary reinforcement) adalah reinforcement yang efektif bagi subjek yang belum terlatih, artinya tidak dibutuhkan suatu latihan awal untuk memperkuat suatu respon. Contohnya reinforcement makanan untuk subjek yang lapar, atau reinforcement air untuk subjek yang haus.
Reinforcement Sekunder (secondary reinforcement) adalah reinforcement yang tidak dapat berfungsi sebagai penguat secara alami, maksudnya agar reinforcement tersebut jadi efektif, individu harus memiliki pengalaman lebih dahulu dengan reinforcement tersebut. Oleh karena itu, reinforcement sekunder juga sering disebut dengan learned reinforcements (penguat yang dipelajari).
Reinforcement sekunder umumnya dipasangkan dengan reinforcement primer, contohnya, saat pemberian makanan, tikus percobaan juga diberikan bunyi. Makanan sebagai reinforcement primer dan bunyi sebagai reinforcement sekunder. Bunyi itu sendiri tidak dapat digunakan sebagai penguat, tetapi kehadirannya yang menyertai makanan menyebabkan bunyi dapat digunakan sebagai penguat.
3)      Jadwal pemberian Reinforcement
         Setiap respon yang diinginkan muncul, maka pada individu diberikan reinforcement. Pemberian respon yang demikian disebut dengan continuous reinforcement (CRF). Jadwal pemberian reinforcement dapat diberikan dengan berbagai cara. Antara lain bisa didasarkan atas jumlah respon, tingkat respon atau pola respon yang diinginkan. Bisa juga tergantung dari waktu tanpa memperhatikan jumlah, tingkat dan pola respon.
Skinner mencoba menerapkan reinforcement yang berlawanan dengan CRF, yaitu menghentikan dengan sengaja pemberian reinforcement sesudah organisme melakukan beberapa respons. Prosedur itu disebut dengan intermittent atau partial reinforcement. Selanjutnya kita akan mengenal lebih jauh lagi mengenai jadwal pemberian reinforcement yang umum dilakukan.
a)         FIXED-RATIO SCHEDULE (FR)
Reinforcement diberikan hanya sesudah organisme melakukan respon dalam jumlah tertentu. Bila ratio kecil, maka proses reinforcement umumnya didahului dengan memberikan reinforcement yang kontinu sampai binatang berespon dengan baik. Kemudian diganti dengan intermittent reinforcement dan hanya dengan perlahan-lahan ratio kecil bisa dikenakan. Umumnya respon melemah setelah pemberian reinforcement dan akan meningkat lagi saat hendak diberikan reinforcement berikutnya.
b)        FIXED-INTERVAL SCHEDULE (FI)
Reinforcement diberikan setelah interval waktu tertentu. Jadi meskipun dalam jangka (interval) waktu tersebut organism sudah melakukan respon yang sangat banyak, tetap saja reinforcement tidak diberikan sampai interval waktu yang ditentukan tercapai. Misalnya, reinforcement akan diberikan dengan interval waktu 5 menit. Bila dalam waktu 5 menit itu organism hanya melakukan satu respon, ia tetap akan memperoleh reinforcement. Sebaliknya bila dalam 5 menit ia melakukan 25 respon, ia juga akan tetap reinforcement setelah melewati jangka waktu 5 menit.
Setelah reinforcement diberikan (sesuai jangka waktu yang ditentukan), umumnya jumlah respon akan melemah atau berkurang, dan akan meningkat lagi pada akhir tenggang waktu berikutnya (saat hendak diberikan reinforcement berikutnya).
c)         VARIABLE-RATIO SCHEDULE (VR)
Reinforcement diberikan tidak tetap tetapi penjadwalan didasarkan pada banyaknya respon yang dilakukan organisme. Misalnya, reinforcement diberikan setelah enam respon, kemudian reinforcement diberikan setelah sepuluh respon, Selanjutnya reinforcement diberikan setelah empat respon dilakukan. Oleh karena itu variable-ratio schedule juga disebut dengan jumlah rata-rata respon yang dibutuhkan untuk memberikan reinforcement.
d)        VARIABLE-INTERVAL SCHEDULE (VI)
Reinforcement diberikan tidak tetap tetapi penjadwalan didasarkan pada interval waktu yang bervariasi. Misalnya, reinforcement diberikan setelah interval waktu lima menit, kemudian diberikan lagi setelah interval waktu sepuluh menit, kemudian diberikan lagi setelah interval waktu tiga menit. Jadi metode ini sering juga disebut dengan rata-rata interval waktu pemberian reinforcement.

4)      Shaping (pembentukan) Perilaku dengan Reinforcement Positif
Prinsip dari shaping adalah pembentukan respon. Dalam pengkondisian, individu bebas untuk melakukan respon. Oleh karena itu dalam pengkondisian operan perilaku dapat “dibentuk” (shaping) melalui penggunaan reinforcement yang tepat. Contohnya dalam penelitian Skinner di atas, eksperimenter dapat membentuk perilaku tikus dalam menekan pengungkit daripada menunggu tikus untuk menekan pengungkit. Caranya dengan memancing tikus yang lapar untuk menekan pengungkit, antara lain dengan memancing makanan didekat pengungkit, atau eksperimenter menekan pengungkit secara otomatis saat tikus berada di sekitar pengungkit sambil meletakkan makanannya, mungkin pula eksperimenter mengajar tikus untuk meletakkan kakinya di atas pengungkit kemudian memberikan reinforcement. Eksperimenter yang ahli dapat “membentuk” perilaku dengan reinforcement yang seminimal mungkin dan dalam waktu yang singkat.
         Jadi hal yang utama dalam shaping adalah mengarahkan individu untuk melakukan respon yang diinginkan melalui rangkaian proses belajar yang sederhana sampai kepada respon yang ingin dicapai, atau dapat juga dikatakan bahwa individu dapat melakukan aproksimasi respon akhir melalui rangkaian suksesif. Oleh karena itu teknik shaping disebut juga dengan metode successive approximations.
         Penerapan metode shaping ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hal pengasuhan anak. Untuk dapat berkomunikasi, seorang anak belajar secara bertahap melalui pengucapan huruf yang benar, mengucapkan kata-kata, dan menguraikan, sampai akhirnya ia dapat berkomunikasi dengan baik. Tentu saja selama rangkaian proses belajar tersebut peran reinforcement tidak boleh dilupakan, seperti misalnya pujian atau umpan balik (feed back) saat anak berusaha mengutarakan maksudnya dengan kata-kata yang sederhana.
5)      Extinction (pemadaman)
Prinsip dari extinction dalam pengkondisian operan adalah penahanan pemberian reinforcement atau penghentian pemberian reinforcement, artinya bila respon yang diinginkan tidak terjadi, maka respon tersebut tidak diikuti dengan pemberian reinforcement.
Pada percobaan Skinner di atas, penekanan pengungkit tidak lagi dikuti dengan munculnya makanan, maka secara bertahap perilaku menekan pengungkit pada tikus akan hilang.
6)      Generalisasi stimulus
Dalam pengkondisian operan, bila stimulus atau event yang mengawali suatu respon itu mirip, maka perilaku (respon) yang sama cenderung untuk muncul. Contohnya dapat kita lihat dalam penelitian Skinner terhadap seekor burung merpati dalam kotak. Dalam kotak tersebut ada “kunci” yang dapat diterangi oleh lampu. Saat lampu dinyalakan (dan menerangi “kunci”) burung mematuk “kunci” tersebut, maka makanan akan mengalir dari lubang di bawah kunci.
Gambar 3. Percobaan Skinner pada burung merpati
Untuk kepentingan penelitian generalisasi stimulus, lampu yang menerangi “kunci” diubah-ubah intensitasnya. Besar kecilnya peningkatan respon tergantung dari kedekatan atau kemiripan stimulus atau situasi yang menimbulkan respon.
7)      Stimulus Diskriminasi
Diskriminasi stimulus bertujuan agar subjek dapat melakukan perbedaan terhadap stimulus atau situasi yang dihadirkan agar subjek hanya melakukan respon terhadap stimulus atau situasi yang sesuai.
Dalam pengkondisian operan, diskriminasi stimulus dilakukan dengan pemberian reinforcement terhadap respon yang diinginkan dalam suatu situasi atau stimulus yang sesuai dan tidak memberikan reinforcement bila respon tersebut muncul dalam situasi yang tidak sesuai. Contohnya pada percobaan burung merpati tadi. Makanan sebagai reinforcement hanya diberikan bila yang menyala lampu hijau. Sedangkan bila yang menyala lampu merah, reinforcement tidak diberikan. Pemasangan lampu merah dan hijau ini dilakukan berturut-turut, hijau-merah-hijau-merah, dst, atau makanan-tidak ada-makanan-tidak ada, dst. Oleh karena itu, teknik disebut dengan proses diskriminasi “go-no-go”.
Selain teknik di atas, tentu ada berbagai macam teknik lain, misalnya pemasangan reinforcement dan tidak secara bersamaan, contohnya dalam kotak tersebut ditaruh dua “kunci”, kunci yang satu dapat mengalirkan reinforcement, sedangkan kunci yang lain tidak.
8)      Escape Learning
Escape learning adalah proses belajar yang didasarkan pada pengkondisian instrumental/operan dengan teknik pemberian reinforcement negatif. Contohnya dapat kita lihat melalui penelitian terhadap seekor tikus di dalam kotak percobaan yang terdiri dari sebuah kandang yang memiliki dua tingkat tempat tikus berdiri. Bila tikus turun dari tingkat kedua ke tingkat pertama, maka tikus akan mengalami kejutan listrik. Oleh sebab itu tikus berusaha untuk naik kembali ke tingkat kedua.
Perilaku seperti itulah yang disebut dengan proses belajar escape (melarikan diri) yang didasarkan pada pemberian reinforcement negatif pada pengkondisian operan.
9)      Avoidance Learning
Avoidance learning adalah proses belajar untuk menghindari reinforcement negatif. Caranya dengan menghadirkan suatu stimulus sebelum pemberian reinforcement negatif. Pada contoh percobaan di atas, tikus diberi sebuah bel atau buzzer sebelum diberi kejutan listrik. Setelah terjadi proses belajar, dengan mendengar buzzer saja tikus tikus sudah berusaha naik ke tingkat kedua agar tidak terkena kejutan listrik. Oleh karena itu, proses belajar yang demikian disebut dengan avoidance learning (proses belajar untuk menghindarkan diri dari reinforcement negatif).
10)  Punishment
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas punishment, antara lain adalah:
1.      Intensitas. Semakin tinggi intensitas, semakin efektif. Hal ini disebabkan karena hukum yang ringan umumnya hanya mengubah perilaku yang sifatnya sementara saja.
2.      Konsistensi.
3.      Tenggang waktu antara pemberian punishment dengan respon yang dilakukan. Semakin lama tenggang waktunya, semakin tidak efektif karena subjek sudah tidak terlalu ingat lagi akan responnya yang menimbulkan punishment.
4.      Bila suatu respon tersebut memang memiliki tendensi besar untuk di punish, maka punishment akan semakin kurang efektif.
5.      Bila hukuman telah dapat diadaptasi oleh organism (kebal), maka hukuman akan tidak efektif lagi.
6.      Hukuman yang ringan juga memiliki efektifitas yang tinggi bila disertai dengan pemunculan respon yang mendatangkan reinforcement.

11)  Penerapan Pengkondisian Instrumental/Operan
Dari penjelasan di atas telah banyak kita lihat contoh-contoh penerapan pengkondisian operan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain dalam proses “shaping”. Selain itu juga terdapat “programmed learning”, yaitu prinsip belajar yang dilakukan secara bertahap, misalnya untuk mengenal sebuah kalimat, seorang anak diajarkan dahulu untuk mengenal huruf, setelah itu merangkaikan huruf menjadi kata, dan kemudian merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat. Dengan langkah-langkah bertahap tersebut diharapkan anak akan lebih mudah untuk mengenal kalimat.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Dan diperoleh hukum-hukum belajar, diantaranya :
1.      Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2.      Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
C.                Prinsip Belajar Menurut Skinner
Beberapa prinsip belajar menurut Skinner antara lain:
1.        Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar   diberi penguat.
2.        Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.        Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.        Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5.        Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6.        Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcement.
7.        Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

D.      Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
1.        Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2.        Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan dan pelajaran. hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaiknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.



BAB III
APLIKASI TEORI SKINNER
Menurut pandangan B. F. Skinner (1958), belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Pengertian belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skiner berpendapat bahwa ganjaran (reward) yang bersifat mendidik merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar, hanya istilahnya perlu diganti dengan penguatan. Ganjaran adalah sesuatu yang menggembirakan, sedangkan penguatan adalah sesuatu yang mengakibatkan meningkatkatnya suatu respon tertentu. Penguatan tidak selalu hal yang menggembirakan, tetapi bisa juga sebaliknya.
A.      Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran
Beberapa aplikasi teori Skinner terhadap pembelajaran antara lain :
1.        Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.        Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3.        Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4.        Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5.        Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
6.        Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7.        Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8.        Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9.        Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10.    Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
11.    Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12.    Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13.    Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14.    Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15.    Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
B.       Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran Matematika
Seorang siswa diberi soal matematika sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya sendiri. Guru memuji siswa karena telah berhasil menyelesaikan soal tersebut. Dengan peristiwa ini siswa merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon mempelajari pelajaran berikutnya yang sesuai atau lanjutan apa yang dapat dia selesaikan tadi. Selanjutnya dikatakan bahwa pada umumnya stimulus yang demikian pada umumnya mendahului respon yang ditimbulkan. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif jika suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
Contoh lainnya dalam matematika seorang siswa yang terbiasa melakukan perhitungan matematika berupa operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian akan lebih mudah mengerjakan soal yang berhubungan dengan operasi-operasi tersebut dengan cepat dan tanpa pemikiran yang lama. 

http://www.ziddu.com/download/19265382/TeoribelajarFredericSkinner.pdf.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar